PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mewujudkan masjid yang
makmur dan mengoptimalkan fungsinya pastinya menjadi kewajiban bagi seluruh
umat Islam. Karena, masjid adalah tempat yang suci bagi kaum muslimin, sehingga
dituntut untuk mengelola dan melestarikannya. Banyak hal yang bisa dilakukan
dalam rangka mengelola dan melestarikan masjid. Hal yang paling sederhana,
namun memiliki nilai yang sangat besar adalah menunaikan shalat berjamaah di
masjid secara rutin. Tidak hanya pahala yang didapat, tetapi juga keterikatan
secara emosional terhadap masjid menjadikan jamaah semakin mencintainya. Rasa
cinta itulah yang kemudian akan menjadikan semangat jamaah semakin mantap
sehingga muncul keinginan untuk menghidupkan dan memajukan masjid dari ranah
ibadah hingga pembinaan umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal.
Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi
masjid yaitu dengan menjadikan masjid selain sebagai tempat ibadah juga sebagai
tempat pembinaan umat sebagai upaya pendidikan Islam non formal. Hal tersebut
dikarenakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat
Islam. Dengan pendidikan, umat Islam tidak hanya memiliki kepribadian yang baik
tapi juga memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta menguasai ajaran
Islam dengan baik sehingga dapat membedakan yang haq dan bathil. Sedangkan
tujuan pendidikan di masjid adalah untuk memberikan pemahaman, pengetahuan dan
pembelajaran tentang Islam secara benar berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Masjid merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam non formal yang paling tepat bagi proses pendidikan kaum
muslimin. Karena dalam sejarahnya masjid telah lama digunakan sebagai tempat
pendidikan sejak abad permulaan dakwah Islam, bahkan budaya ta’lim yang
dilakukan di masjid masih banyak kita temukan. Oleh karena itu apabila masjid
dijadikan sarana pendidikan bagi kaum muslimin, niscaya umat Islam akan
merasakan betul keberadaan masjid tersebut. Dengan demikian akan bertambah
banyak masjid yang digunakan sebagai sarana pendidikan Islam non Formal,
sehingga kualitas umat Islam akan semakin bertambah pula seiring dengan
pertambahan kuantitasnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
dibutuhkan keseriusan dari para takmir masjid dalam merancang sejumlah program
untuk dilaksanakan takmir masjid dan jamaahnya. Karena tanpa keseriusan dalam
melakukan pembinaan tidak akan tercapai tujuan yang baik itu apalagi pembinaan
umat dilakukan sebagai usaha sampingan atau dengan program yang insidental saja
(Supardi, 2001 : 121). Salah satu pendukung utama dalam mewujudkan pembinaan
terhadap kaum muslimin yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid
sebagai mediator dalam pembinaan umat tentunya harus memberikan teladan yang
baik.
Idealnya takmir masjid adalah seorang
muslim yang memiliki kepribadian Islami dengan sejumlah ciri yang melekat pada
dirinya seperti memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di
masjid, bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010:
71).
Keberadaan takmir masjid sangat penting
bagi masyarakat untuk menggerakkan kegiatan masjid baik di dalam masjid maupun
di sekitar lingkungan masjid. Dengan adanya berbagai aktifitas pengurus masjid
diharapkan menjadi salah satu pengembangan pendidikan agama Islam yang bersifat
non formal. Dengan demikian keberadaan masjid atas segala aktifitasnya
mempunyai peran penting dalam pembinaan umat Islam di lingkungan sekitar
masjid.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penegasan
istilah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Bagaimana peran masjid dalam pembinaan
umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal
?
2.
Apa saja kendala yang dihadapi masjid
dalam melakukan pembinaan umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal di
masjid ?
3.
Apa faktor pendukung proses pembinaan
umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal di masjid?
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan takmir masjid ini
adalah sebagai berikut. Yaitu untuk mengetahui peran masjid dalam melakukan
pembinaan umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal lalu mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi masjid dalam melakukan pembinaan umat sebagai
upaya pendidikan Islam serta untuk mengetahui faktor pendukung proses pembinaan
umat sebagai upaya pendidikan Islam nonformal.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan di Masjid
Al-Muta’alimin , Kampus FT. Untirta, Cilegon.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Masjid
Masjid merupakan suatu institusi utama
dan paling besar dalam Islam, serta merupakan salah satu institusi yang pertama
kali berdiri. Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya
tempat sujud, tempat beribadah kepada Allah SWT. Akar kata dari Masjid adalah
sajadah dimana berarti sujud atau tunduk.
Selain tempat ibadah Masjid juga
merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari
besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan
di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, Masjid turut memegang peranan dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan.
Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di
Madinah, beliau memutuskan untuk membangun sebuah Masjid, yang sekarang dikenal
dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi (Supardi dkk: 2001:2).
Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan
yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi
Muhammad SAW. Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini
digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi
militer, dan untuk mengadakan perjanjian. (Hasan Ibrohim :2009)
2.2 Fungsi Masjid
Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi
religius semata ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yg dapat
direkam sejarah tentang fungsi masjid di antaranya
1. Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan
‘Aisyah menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah berlatih
menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah pada hari raya.
2. Balai pengobatan tentara muslim yang terluka. Sa’d bin
Mu’adz terluka ketika perang Khandaq maka Rasulullah mendirikan kemah di
masjid.
3. Tempat tinggal sahabat yang dirawat.
4. Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang
kepada Nabi saw beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat
perjamuan mereka.
5. Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah
seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid
sebelum perkaranya diputuskan.
6. Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai
tempat penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya.
7. Selain hal-hal di atas masjid juga merupakan tempat
bernaungnya orang asing musafir dan tunawisma. Di masjid mereka mendapatkan
makan minum pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid Rasulullah menyediakan
pekerjaan bagi penganggur mengajari yang tidak tahu menolong orang miskin
mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan menginformasikan perkara yang
dibutuhkan umat menerima utusan suku-suku dan negara-negara menyiapkan tentara
dan mengutus para da’i ke pelosok-pelosok negeri.
8. Masjid Rasulullah saw adalah masjid yg berasaskan
taqwa. Maka jadilah masjid tersebut sebuah tempat menimba ilmu menyucikan jiwa
dan raga. Menjadi tempat yang memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara
meraihnya. Menjadi tempat yg mendahulukan praktek kerja nyata sebelum teori.
Sebuah masjid yang telah mengangkat esensi kemanusiaan manusia sebagai hamba
terbaik di muka bumi.
Yang lebih
strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengem-bangan masyarakat
dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari Rasul
tentang berbagai hal, prinsip- prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat
baru, juga ayat-ayat Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi
interaksi antar pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan
lima kali sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun
kebersamaan
Bersamaan dengan
perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana bisnis dan urusan duniawi lebih
dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini
memberikan inspirasi kepada Umar bin khattab untuk membangun fasilitas di dekat
masjid, dimana masjid lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna
ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang hal-hal yang lebih berdimensi
duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. Itulah asal usulnya
sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga sekarang), pasar dan sekolahan
selalu berada di dekat masjid.
Masjid dimasa
kini memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam,
beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tempat beribadah,Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka
fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui
bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas
kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha Allah, maka fungsi Masjid
disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas
sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu,Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar
mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat Islam.
Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,
keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jamaah, Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid
berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan
umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Tamir
Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan dawah islamiyahnya.
Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat dawah dan kebudayaan Islam, Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang
selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dawah islamiyah dan budaya islami. Di
Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan
dawah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu
Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas dawah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat,Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat,
Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan
berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader
perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai
dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid
maupun Tamir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam,Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat
Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan
tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan
berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai
aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain
sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam
kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam.
Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana
digulirkan.
7. Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini
memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari
Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan
peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent)
dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.
Suryo AB[1]
(AlTasamuh-2003) mengatakan Di era kebangkitan umat saat ini. fungsi dan peran
masjid mulai diperhitungkan. Setidaknya ada empat fungsi dan peran masjid dalam
memanajemen potensi umat
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Saal ini sumber daya
manusia menjadi salah satu ikon penting dari proses peletakan batu pertama
pembangunan umat. Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan
pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan.
2. Pusat Perekonomian Umat. Koperasi dikenal sebagai soko
guru perekonomian Indonesia. Namun dalam kenyataannya justru koperasi menjadi
barang yang tidak laku. Terlepas dari berbagai macam alasan mengenai koperasi,
tak ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa
dampak positif bagi umat dilingkungannya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat. Masjid dengan jamaah
yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa
saja mencapai puluhan, ratusan, bahkan ribuan orangjumlah-nya. Ini bisa
bermanfaat bagi berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik
ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi
budaya secara santun.
4. Pusat Kepustakaan. Perintah pertama Allah kepada Nabi
Muhammad adalah "membaca". Dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar
membaca, dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Saat ini sedikit
sekali dijumpai dari kalangan yang dikategorisasikan sebagai golongan menengah
pada tataran intelektualnya (siswa, mahasiswa, bahkan dosen dan ustadz)
mempunyai hobi membaca.
2.3 Peran Masjid
Masjid
memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di
antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah ,Sesuai dengan
namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat
ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah
luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh
ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai
tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2.
Sebagai tempat menuntut ilmu,Masjid berfungsi
sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan
fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam,
sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah, Dengan adanya
umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna
menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir
secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah
imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang
kokoh.
4.
Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan
Islam ,
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk
menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula
direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan
kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid,
berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5.
Sebagai pusat kaderisasi umat , Sebagai tempat
pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang
berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh
hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan
di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman
Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta
kegiatannya.
6.
Sebagai basis Kebangkitan Umat
Islam ,
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad
kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam
percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan
nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik
ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah
itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat.
Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam
segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
2.4 Konsep Masjid Ideal Kampus
Di beberapa
perguruan tinggi, bahkan terlihat masjid menjadi alternatif pilihan untuk
mengisi waktu di luar kegiatan perkuliahan formal. Kenyataan ini terus
berkembang, sehingga masjid kampus berfungsi bukan saja untuk kepentingan
kegiatan keagamaan (ritual), tapi juga jenis-jenis kegiatan lainnya, seperti
kelompok belajar, kegiatan seni budaya, latihan kepemimpinan, dan lain
sebagainya. Pengembangan inilah yang muncul di Masjid Mardliyyah (Masjid Kampus
UGM)
Masjid Kampus
UGM berlokasi di Kompleks Masjid Kampus UGM, Bulaksumur, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55281. Pengembangan konsep masjid sebagaimana yang kini tampak pada
Masjid Kampus UGM sebenarnya merupakan idealisasi dan fungsi sebenarnya dari
anjuran penyebar agama Islam, Nabi Muhammad SAW. Konsep tersebut kini mulai terlihat
di Masjid Kampus UGM, apalagi didukung oleh fasilitas yang memadai. Selain
suasana yang kondusif, Masjid Kampus UGM juga memiliki sarana dan prasarana
yang memadai untuk mewujudkan konsep masjid yang ideal.
Masjid Kampus
UGM kini juga berfungsi sebagai tempat wisata religius. Banyaknya tempat yang
indah untuk berfoto menjadikan Masjid Kampus UGM menjadi lokasi yang sangat
tepat bagi wisatawan yang ingin menikmati sensasi berkunjung ke obyek wisata
religi non-suasana mistis. Maka tidaklah mengherankan jika setiap kali kita
berkunjung di tempat ini, banyak wisatawan yang memanfaatkan setiap sudut
ruangan dan halaman masjid untuk berfoto. Salah satu tempat favorit untuk
berfoto adalah gerbang masjid dengan panorama gapura lengkung yang terbuat dari
batu.
Suasana, sarana
dan prasarana, serta kegiatan yang berkesinambungan di Masjid Kampus UGM
membuat masjid ini layak disebut sebagai miniatur peradaban masyarakat Islami.
Masjid Kampus UGM memang telah difungsikan sebagai pusat berbagai kegiatan,
baik kegiatan agama, wisata, maupun pendidikan
Seluruh
arsitektur Masjid Kampus UGM dikerjakan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM.
Selain ornamen yang khas, Masjid UGM juga mempunyai menara setinggi 99 meter.
Tinggi menara menyesuaikan dengan asmaul husna (nama-nama Tuhan yang baik) yang
berjumlah 99 nama. Dari puncak menara ini para pengunjung dapat melihat lanskap
wilayah Yogyakarta.
Tak dapat
disangkal jika kemegahan Masjid Kampus UGM menjadi kebanggaan bagi civitas
akademika UGM. Sebab, hingga hari ini Masjid Kampus UGM masih tercatat sebagai
masjid kampus terbesar se-Asia Tenggara.
Salah satu
fasilitas yang ada di Masjid Kampus UGM adalah ruang pertemuan yang sekaligus
dapat berfungsi sebagai tempat diskusi dan kegiatan yang lain. Selain itu,
halaman masjid juga dibuat sangat luas dengan fasilitas tempat parkir yang juga
luas.
Para pengurus
Masjid Kampus UGM aktif menggelar kajian keagamaan. Salah satunya adalah kajian
keagamaan yang diadakan oleh Jamaah Shalahuddin Masjid Kampus UGM.
Berbagai
aktivitas lain, baik yang bersifat pendidikan, kebudayaan, maupun perekonomian
juga sering diselenggarakan di masjid ini. Salah satu contoh kegiatan tersebut
adalah pameran fotografi karya fotografer muslim dari Inggris, Peter Sanders
melalui Kedutaan Besar Inggris pada 18-23 Februari 2008.
Kegiatan
perekonomian juga berlangsung aktif di masjid ini. Setiap hari terdapat penjual
buku dan aksesoris muslim/ah yang berjualan di lingkungan masjid. Sedangkan
setiap hari Minggu, di sekitar Masjid Kampus UGM dipakai sebagai pasar tiban yang
terkenal dengan sebutan Sunday Morning. Di pasar tiban ini dijual berbagai
macam makanan, mulai dari lontong Sumatra, opor ayam, sampai makanan kemasan;
baju muslim, mulai dari kerudung, peci, dan baju koko; aksesoris anak muda;
kaos; sepatu; sampai tanaman hias.
HASIL KEGIATAN
3.1 Mengepel Tempat Wudhu Masjid Ikhwan
Sehabis Shalat fardhu dilaksanakan,
tempat wudhu ikhwan sampai pintu masuk masjid seringkali becek dan kotor bahkan
terkadang berbau tak sedap. Maka perlu adanya inisiatif untuk mengepelnya.
Dalam proses pengepelan ini kendala yang dihadapi adalah banyak nya jamah yang
berlalu-lalang saat proses pengepelan sehingga lantai yang telah dipel kotor
kembali karena waktu pengepelan dilakukan saat waktu akan dilaksanakan sholat.
Sebaiknya waktu pengepelan dilakukan saat waktu setelah selesai sholat atau
saat keadaan jamaah di masjid sedang sepi.
3.2 Tilawah Qur’an
Di saat sela-sela kesibukan alangkah
baiknya kita sebagai mahasiswa muslim melakukan tilawah qur’an di masjid. Karena
salah satu fungsi dan peran masjid adalah
sebagai tempat ibadah. Dimana ibadah yang bisa dilakukan di masjid tidak
hanya sholat saja, melainkan banyak ibadah lain yang bisa dilakukan di masjid
salah satunya adalah tilawah Quran. Tilawah quran ini merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan dalam proses pemberntukan masjid kampus yang ideal.
Yaitu dengan banyaknya jamaah yang melakukan ibadah di masjid kampus setiap
waktu.
3.3 Menata Atau Merapihkan Rak Buku
Seiring banyaknya
jamaah yang memanfaatkan fasilitas masjid berupa buku-buku doa, alma surat,
surat yasin, ataupun Al-Quran yang terdapat di rak buku terkadang semua
buku-buku tertata dengan tidak rapih maka perlu ada yang merapihkan dan menata
rak buku tersebut sehingga ketika ada jamaah yang ingin tilawah Al-Qur’an atau
membaca buku-buku yang ada pada rak tersebut dapat memilih buku terebut dengan
mudah.
Dalam upaya memakmurkan masjid kampus (takmir
masjid) kami memiliki kendala yaitu sulit
membagi waktu karena adanya kesibukan dan urusan pribadi dalam kesehariannya
3.4 Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa)
Mabit adalah salah satu
program rutin tiap semester yang diadakan di masjid Al-Muta’alimin dalam rana
meningkatkan iman dan taqwa bagi mahasiswa teknik . Dengan harapan
terlaksananya akan meningkatkan kulitas iman dan taqwa dalam bentuk
pengimplementasian amalan amalan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pelaksanaan mabit ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, diantaranya banyak
para mahasiswa yang tidak menghadiri acara mabit, sehingga kurang tercapainya
tujuan tersebut, kemudian saat acara tausiyah speaker yang digunakan kurang
bagus sehingga materi yang disampaikan tidak tersampaikan dengan baik, hal ini
mengakibatkan tidak kondusifnya peserta mabit. Dan pada saat acara muhasabah
banyak yang tertidur dikarenakan kurangnya pegawasan dari panitia. Solusinya dalam pelaksanaa mabit selanjutnya,
lebih ditekankan kepada mahasiswa akan pentingnya acara mabit ini sehingga
dalam pelaksanaannya peserta yang hadir banyak, kemudian peralatan pendukung
seperti sound system lebih dipersiapkan dengan baik.
3.5 Kultum
Kultum adalah kuliah
tujuh menit. Hal tersebut bertujuan untuk berdakwah tentang ajaran-ajaran Islam
yang tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits yang disampaikan
dengan berbicara di depan umum atau berceramah. Dalam pelaksanaannya dilakukan
di depan kelas yang audiensnya adalah teman-teman serta dosen mata kuliah
pendidikan Agama Islam. Pada saat pelaksanaannya kondisi kelas kurang kondusif
karena masih ada beberapa mahasiswa yang belum menulis naskah kultum yang akan
disampaikan sehingga apa yang disampaikan di depan masih belum terdengar oleh
teman-teman yang lain. Selain itu dalam pelaksanaanya tidak ada time keeper
sehingga beberapa kultum yang disampaikan berlangsung lama atau lebih dari
tujuh menit
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari kegiatan ini adalah sebagai berikut
1.
Masjid Al- Mutaa’alimin sudah sesuai
dengan masjid kampus ideal jika dilihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan agama
yang dilaksanakan dikampus. Namun perlu
adanya penekanan kapada mahasiswa FT Untirta akan pentingnya kegiatan-kegiatan
tersebut agar kegiatan tersebut terlaksana dengan baik.
4.2 Saran
1.
Sebaiknya dalam pelaksanaan takmir
masjid ini diperlukan adanya Badan Pengawas Kegiatan Takmir Masjid agar para
mahasiswa melaksanakan kegiatan ini dengan ikhlas.
2.
Sebaiknya ada laporan tiap minggunya
untuk menekankan mahasiswa agar melaksanakan takmir masjid secar rutin
3.
Sebaiknya diadakan sosialisasi tentang
tata cara penulisan laporan takmir masjid agar mahasiswa tidak kebingungan saat
pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syarfi. 1993.
Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan Organisatoris. Yogyakarta:
PT Dana BAkti Wakaf
Ayub, Moh.E. Mukhsin MK. Ramlan
Marjoned. 2001. Manajemen Masjid; Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus.
Jakarta: Gema Insani Press
Posted on 07.12 / 0
komentar / Read More